Belajar tidak berbatas usia, tempat, dan waktu, setidaknya itu yang kami dapat melalui kegiatan Traveling and Teaching atau lebih dikenal dengan sebutan TnT kali ini. Meskipun sudah kesekian kalinya Komunitas 1000 Guru Regional Surabaya menggelar acara demikan, namun di tiap TnT selalu menyajikan pesan tersendiri khususnya bagi para volunteer yang terjun langsung ke pedalaman.
TnT#8 yang diadakan oleh 1000 Guru Surabaya kali ini berlokasi di SDN Ngepung 1, Desa Sumbermiri, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk. Bagi kami yang terbiasa hidup di tengah hingar bingar kota, mungkin akan merasa asing dengan kehidupan desa. akses desa yang lumayan cukup sulit karena harus ditempuh dengan jalan yang ala kadarnya dan belum beraspal, ditambah berada ditengah hutan jati menambah keseruan perjalanan malam kami menuju lokasi TnT.
Dalam TnT para volunteer tidak hanya diajak berbagi keceriaan dengan adik-adik di sekolah yang dikunjungi, tetapi juga diajak untuk merasakan kebahagiaan melalui sensasi yang berbeda, yakni dengan kesederhanaan. Selama prosesi acara, ada banyak hal yang menyadarkan kami bahwa bahagia tidak selalu berhubungan dengan materi.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih memakan waktu empat jam dari Surabaya, Sekitar pukul 2 pagi rombongan volunteer 1000 Guru Surabaya tiba di balai desa Sumbermiri yang menjadi tempat kami menginap selama berada di sana. Kami semua berbagi tempat istirahat yang bisa dibilang tidak cukup luas untuk menampung kami yang berjumlah 18 orang. Setelah membersihkan tempat yang biasa dijadikan gudang, semua beristirahat hingga adzan subuh membangunkan kami semua.
Tidak butuh waktu lama kami yang awalnya tidak mengenal satu sama lain langsung terbawa suasana keakraban yang ada. Setelah sholat subuh berjamaah di musholla dekat Balai Desa, kami bersama sama menyiapkan berbagai keperluan untuk kegiatan teaching termasuk menyiapkan donasi. Tak terasa matahari mulai menunjukkan sinarnya, bunyi kokok ayam terdengar dari rumah warga sekitar. Tidak disangka, ternyata pemandangan sekitar desa sumbermiri sangat sejuk dipandang. Dari kejauhan nampak deretan bukit yang dipenuhi pepohonan rimbun, rumah warga yang berderetan rapi masih khas rumah pedesaan.
Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, setelah bergegas mengganti pakaian dengan kaos seragam 1000 Guru, kami semua bergegas untuk sarapan pagi. Dan inilah momen yang selalu ditunggu, bisa dibilang sebagai tradisi dari tiap kegiatan TnT yakni makan sealas bersama, biasanya kami menggunakan alas daun pisang yang dijajar rapi-rapi untuk kemudian makan bersama. Tidak ada pembeda, disini semua sama. Makan pagi dengan lauk yang mungkin jika di kehidupan sehari-hari kami rasa sedikit malas untuk memakannya, tapi tidak untuk kali ini entah karena memang lapar atau efek suasana kekeluargaan yang terbangun pagi itu lauk tahu, tempe dan sayur urap (makanan khas jawa timur) terasa lebih nikmat daripada biasanya. Diiringi guyonan-guyonan segar antar volunteer, tak terasa tenaga kami penuh kembali.
Tak ingin menyia-nyiakan setiap detik, usai sarapan kami bergegas jalan kaki menuju sekolah yang letaknya tidak jauh dari balai desa tempat kami menginap. Disana sudah ada beberapa murid berseragam pramuka sedang asyik bercanda dengan teman-teman lainnya. Bangunan sekolah terdiri dari hanya 4 ruang kelas yang digunakan bergantian dan ada juga yang diberi sekat untuk proses belajar kelas 1 sampai 6. Bangunan sekolah yang seadanya, tidak membuat suram pemandangan karena akan selalu ada gelak tawa adik-adik yang mewarnainya.
Hingga pukul 7, murid-murid yang datang sudah bertambah banyak namun belum terlihat satupun tanda kedatangan bapak dan Ibu Gurunya. Yang kami tahu berdasar informasi dari beberapa adik-adik, Guru memang biasa datang terlambat karena lokasi rumah dengan sekolah yang cukup jauh ditambah medan yang lumayan sulit dilalui.
Beberapa lama kemudian, terdengar suara mesin motor memasuki area sekolah, ternyata yang datang adalah Bapak Gatut selaku kepala sekolah SDN Ngepung 1. Senyum ramahnya menyapa kami semua yang mulai asik bercanda dengan adik-adik disana. Menyusul kemudian Ibu guru lainnya mulai datang. Dan tepat pukul setengah 8 pagi acara TnT kami awali dengan pembukaan yang diisi oleh sambutan dari Kepala sekolah dan perwakilan dari tim 1000 Guru Surabaya. Setelah pembukaan, acara sepenuhnya diisi oleh para volunteer. Untuk mengawali agar semua semangat, kami melakukan beberapa ice breaking di halaman sekolah sekalian memperkenalkan diri kepada adik-adik supaya lebih akrab.
Acara kemudian dilanjutkan dengan teaching season 1 dengan materi yang sudah ditentukan untuk masing-masing kelas. Terlihat berbagai macam kreatifitas dari volunteer dalam menyampaikan materi kepada adik-adik agar lebih semangat dalam proses belajar, mulai dari pengenalan tokoh pahlawan, sistem tata surya, cara membaca waktu, dan lain sebagainya. Setelah acara teaching 1 selesai, keseruan masih berlanjut dengan acara minum susu bersama sambil mengedukasikan agar adik-adik membuang sampahnya di tempat yang sudah disediakan.
Teriknya siang itu tidak menyurutkan semangat kami untuk terus berbagi keceriaan bersama yang lain, sekitar pukul 9.30 adik-adik diperkenankan untuk beristirahat, waktu senggang ini kami gunakan untuk beramah tamah dengan Bapak sekolah dan guru-guru di ruangannya. Obrolan-obrolan santai semakin mengakrabkan antara para volunteer dengan pihak sekolah. Setelah dirasa cukup waktu istirahatnya, kami melanjutkan kegiatan selanjutnya. Di TnT kali ini kami membawa konsep “permainan tradisiona” dengan tujuan tidak hanya ingin turut melestarikannya bersama adik-adik, tetapi juga ingin sedikit bernostalgia mengenang masa kecil yang kenyataannya jauh sekali dari masa sekarang yang mungkin hampir sebagian anak kecil khususnya yang tinggal di perkotaan tidak mengenal permainan-permainan tradisional karena tergerus teknologi jaman sekarang.
Benar saja, suasana semakin seru ketika kakak-kakak volunteer mulai mengajak adik-adik bermain, ada yang main patel lele, boy-boy-an, petak umpet, bahkan ternyata adik-adik disana juga memiliki engrang hasil prakarya mereka sendiri. Volunteer dan adik-adik larut dalam keceriaan bermain bersama. Adik-adik juga tidak segan mengajari kakak volunteer yang tidak bisa memainkan engrang. Sungguh.. suasana yang sebetulnya sederhana tapi terasa sangat mahal kami dapatkan.
Di akhir acara sebelum pembagian donasi berupa tas dan alat tulis, adik-adik diajak untuk menuliskan cita citanya di atas kertas berbentuk bintang, kemudian mereka bacakan satu persatu di depan teman lainnya dan di tempel di banner berlukiskan langit sebagai simbol bahwa mereka juga berhak dan wajib memperjuangkan cita-cita setingi-tingginya walaupun dalam keterbatasan. Acara ini sering kita sebut “Bintang Harapan” atau “Sky Dreams” dan menjadi salah satu prosesi rutin yang diselenggarakan saat TnT.
Walaupun acara teaching sudah berakhir, ternyata tidak dengan kebersamaan kami dengan adik-adik. Bahkan seusai pulang ke rumah dan makan siang, beberapa adik ada yang datang ke balai desa. Niat untuk beristirahat kami urungkan demi momen yang belum tentu akan terulang lagi.
Malam harinya, kami para volunteer berkumpul untuk berdiskusi ringan dan lebih mengakrabkan diri atau sering disebut dengan “sharing session”. Disini kami memperkenalkan diri lagi, dan bercerita berbagai pengalaman hingga dapat ikut serta dalam TnT. Dari sini kami semakin mendapat banyak pelajaran dan cerita-cerita volunteer lain yang membuat kami bersyukur dipertemukan dalam kegiatan postif seperti ini. kesan dan pesan dari volunteer juga dijadikan motivasi bagi tim agar TnT ke depan bisa semakin baik.
Malam semakin larut, seusai sharing session ternyata tidak membuat kami ingin bergegas tidur, kami masih akrab bercengkerama satu sama lain ditengah heningnya hawa Desa Sumbermiri. Mungkin malam ini tidak akan terulang, tapi setidaknya momen ini akan terkenang.
Di hari kedua, tepatnya hari minggu kami bersama adik-adik yang tinggal di Desa Sumbermiri pergi menuju grojokan dhuwur yang letaknya masih satu desa dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Pagi itu sangat cerah, sangat mendukung aktivitas yang kami lakukan. Setelah menuruni medan yang cukup licin, suara gemericik air menyambut kami semua. Dan benar, seperti menemukan surga tersembunyi seketika senyum kagum berkembang di wajah kami. Air jernih mengaliri bebatuan kapur membuat kami tidak sadar untuk segera bermain-main. Semua volunteer dan adik-adik larut dalam suasana, ada yang berenang, bermain air, foto-foto, atau bahkan hanya duduk-duduk menikmati pemandangan. Lelah kami terbayarkan, tidak hanya berkesempatan bertemu adik-adik yang sangat ramah tetapi juga kami bisa mencicipi suguhan alam yang luar biasa menyenangkan di desa kecil ini.
Setelah cukup puas, kami kembali ke balai desa dan segera bersiap-siap untuk pulang. Sedih memang, tapi kami harus kembali, berbagai rutinitas sudah siap menanti. Hingga menjelang keberangkatan pulang, masih ada adik-adik yang setia menemani kami, terkadang mereka nyeletuk “ kakak, jangan pulang… disini aja”. Hmmmm… semoga waktu bisa mempertemukan kita lagi ya dek, atau mungkin saat pertemuan itu terjadi lagi cita-cita yang sempat kamu bacakan kemarin sudah terwujud. Aamiin..
Deru Jisang melewati jalan makadam yang mengantarkan kami pulang sore ini sedikit berbeda, di balut dengan momen manis atas 2 hari yang kami lalui bersama. Sedikit pelajaran yang bisa penulis ambil dari perjalanan ini adalah ..
“Tidak semua orang ditakdirkan untuk kaya harta, Tapi mereka bisa memilih… untuk menjadi kaya hati misalnya. Dan percayalah… setiap orang baru yang hadir dalam hidup kita, dia membawa suatu pelajaran penting yang bisa kita ambil hikmahnya. Maka bersyukurlah… ”
Salam hangat dari kami para volunteer TnT#8 1000 Guru Surabaya.
-teaching to share, traveling to care-
Komentar
Posting Komentar