Kemauan hati untuk memiliki tertahan sebatas mulut.
Terkunci rapat, sekuat apa tak akan bisa terbuka. Tak kan terungkap..
Dia di depan mata,
Apa yang bisa ku lakukan kecuali menatap tiap geraknya dari belakang.
Tiga tahun,
Aku kira sudah padam rasa ini.
Ternyata tidak.
Dia terlalu betah tinggal di hati, sampai susah membedakan masih atau hilangkah rasa ini.
Seperti tidak mau terusik, dia pasrah seperti ini. Tidak lagi menggebu untuk diungkap.
Lebih mengalir seadanya.
Di tahun ketiga, rasa ini lebih dewasa.
Tak seegois dulu yang selalu ingin diungkap.
Kali ini dia diam..
Tapi tidak dengan pancaran indra,
Air mata kali ini lebih banyak menjelaskan.
Pandangan mata lebih sering bertutur.
Tersirat,
Hanya mampu tersirat.
Atau aku mau semua berubah.
Jangan.. aku masih terlalu takut menerima kenyataan. Aku belum siap kehilangan lagi, meskipun belum bisa memiliki.
Cukup jarak yang menghilangkannya dariku.
Jangan sampai semua darinya ikut menghilang.
Apa jadinya aku?
Semua yang tertata rapi dalam hati terdepak hilang seketika?
Aku belum siap.. aku mungkin tak pernah siap.
Kecuali,,, jodoh untuknya sudah datang.
Mungkin aku siap.. mungkin berusaha siap.
23.58 di ketinggian
Komentar
Posting Komentar