Sudah 1 minggu saya menikmati masa libur kuliah saya di kota kelahiran ibu saya ini. Perkenalkan saya wulan, ibu saya asli jogja tepatnya di desa tumut, sumbersari, moyudan, sleman, yogyakarta. Cukup panjang bukan untuk menyebut alamat disini? Hehe
Hujan yang mengguyur jogja 2 hari berturut turut ini membuat saya enggan beranjak dari dalam kamar. Suasana di dalam rumah juga sangat hangat. Di sini kami sering makan bersama. Ada nenek, om, tante, juga keponakan kecil saya.
Pagi itu bunyi handphone membangunkan saya dari tidur. Wow.. Saya terkejut melihat siapa yang mengirim pesan whats up saat itu, ternyata dia arfan. Yuhuu... Abang saya satu ini jarang jarang lho nghubungi saya.
"Kamu di jogja? Mau aku ajak dolan" setelah berbalas pesan. Akhirnya saya fix ikutan dolan. Rencananya kita mau mantai. Saya sering diajak mbolang sama pak guru satu ini. Dan tujuannya tidak pernah mengecewakan.
Akhirnya tepat pukul 11siang hujan mulai berhenti. Tiba tiba saja arfan sudah nongol di depan pintu. Haaa.. Saya selalu histeris saat bertemu kawan lama yang jarang jumpa.
Setelah berpamitan dengan orang rumah, kami pun berangkat mengendarai motor. Jogja siang itu sangat macet. Sepertinya jogja sudah jauh berkembang saat ini. Lampu merah yang jaraknya tidak cukup jauh membuat jalan semakin bertambah padat. Kurang lebih 30 menit kemudian kami sampai di pusat kota. Lihat... Siapa yang saya temui disana. Ada mas cholik yang juga ikut serta. Eh.. Ternyata dia sekarang sudah ga bisa dibilang jomblo lagi lho.. Disampingnya ada perempuan cantik berhijab yang ternyata pacarnya. Alhamdulillah ya.. Tinggal saya sama arfan yang bertahan dalam kejombloan. Oiya, saya mengenal mas cholik ini juga dari mas arfan. Mereka berdua teman SMA, saya juga baru ke dua kalinya ini bertemu mas cholik setelah jumpa pertama kita waktu mau ke parangtritis.
Perjalananpun berlanjut ke arah gunung kidul. Saya sangat antusias hari itu. Sudah lama saya tidak mendengar ombak dan menikmati senja di pinggir pantai. Semoga Tuhan memberi ijin untuk melihat senja sore nanti.
Motor kami melaju melewati tiap tikungan jogjakarta. Mendung mulai nampak berkejar kejaran. Tuhan.. Jangan hujan dulu ya.. Ga lucu juga ke pantai waktu hujan.
Ketika kami sudah memasuki daerah wonosari eh.. Ga taunya hujan turun. Tidak tanggung tanggung, langsung deras. Kami segera memakai mantel. Untung saja mas cholik membawa 3 mantel. Maklum saya kan bukan asli sini, jadi saya ga ada persiapan. Hehehe
Dengan semangat perbolangan kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan yang lumayan masih jauh.
Bukan perkara mudah berkendara motor ditengah hujan lebat seperti ini. Kami harus ekstra hati hati karena jarak pandang juga mulai terbatas.
2 jam berlalu sejak keberangkatan, sekarang kami sudah berada di pos pintu masuk wisata gunung kidul. Disitu sudah ada petugas yang berjaga. Hehe.. Kita harus bayar retribusi dulu.. Seingat saya 10 - 15 ribu per orang.waktu kami sampai di tempat ini hujan tidak kunjung reda juga.
"Kita mau ke pantai mana?" tanya saya mulai penasaran.
"Kata cholik mau ke siung". Nama pantai itu terdengar asing ditelinga saya. Beberapa pantai sudah kami lewati tapi ternyata belum sampai juga di pantai yang kami tuju. Kami sudah melewati pantai sepanjang, drini, sundak, dll. Saya mulai berpikir..ini kok jauh banget ya..
Sesekali badan saya mulai menggigil sedari tadi diguyur hujan tanpa henti. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat Saya untuk menikmati pantaj. Setelah melewati pantai indrayanti, perjalanan kita kurang sedikit lagi sampai.
Plang bertuliskan pantai siung sudah terlihat, kami mengikuti arah yang ditunjukkan plang tersebut. Pantai ini terletak di kec.Tepus sekitar 35km dari wonosari. akhirnya kami memasuki pelataran parkir, biaya parkir motor kurang lebih 3000 rupiah. Lalu Kami berhenti sejenak untuk sholat dan membersihkan kaki. Syukurlah... Doa kami didengar. Hujan reda ketika kami sampai di pantai siung.
Sepanjang mata memandang dipenuhi dengan hamparan lautan dengan tepi pasir putih yang bersih. Ombak berdeburan menghantam deretan bukit dan tebing tebing yang indah. Saya dengar sih disini cocok untuk olahraga panjat tebing. Mungkin karena cuaca tidak berasahabat, tidak banyak kegiatan yang saya lihat disitu.
Pandangan kami tertuju pada bukit yang diatasnya sekarang ada beberapa orang sedang berfoto. Kami juga ingin naik kesana. Hehe..
Setelah melihat medan untuk naik ke atas, kami urungkan niat kami ini. Karena batunya sangat licin dan juga tajam. Yasudahlah.. Bukankah lebih penting keselamatan dari segalanya? Kami tetap bisa menikmati pemandangan dari pinggiran tebing tebing ini.
Jam ditangan sudah menunjukkan pukul 5 sore, tapi langit sampai sekarang tidak juga menampakkan cerahnya. Sepertinya kali ini saya gagal menikmati senja di pinggir pantai siung ini. Tidak apalah.. Sudah sampai disini dengan selamat saja saya sudah bersyukur sekali.
Agar tidak kemalaman kami akhirnya memutuskan untuk beranjak dari tempat ini. Sebuah pengalaman yang menyenangkan menempuh jarak sejauh ini ditengah hujan bersama teman teman baik, seperti yang sering saya ucapkan.. Bahagia itu sederhana, tapi sederhana itu mahal harganya :)
Setelah memakai kembali mantel yang sore itu menjadi kostum wajib kami. Motor mulai melaju perlahan meninggalkan area pantai siung.
Selamat petang senja yang malu malu :)
Komentar
Posting Komentar